Barusan yups barusan terlintas di benakku untuk membalas perbuatannya. Kalau dia saja bisa dengan sengaja menyakitiku, kenapa aku tidak? Kalau dia saja dengan sadar tidak memikirkan perasaanku, kenapa aku tidak? Sangat ingin rasanya membuka semua akun sosial mediaku. Ngobrol dengan teman-teman lama seperti dulu. Meskipun hanya sekedar mengomentari foto mereka atau status konyol mereka.
Tapi setelah dipikir-dipikir lagi, kalau aku melakukan hal itu lantas apa bedanya aku dan dia? Sama saja bukan. Dan terlihat tidak dewasa sikapku. Seperti anak kecil yang tidak dibelikan permen.
Hei, bangun coy! Usiamu sudah 25 tahun. Bukan lagi saatnya untuk mutung, ngambek dan konco-konconya itu. Ayo semangat! Naikan dagu dan lihat ke depan! Percaya saja bahwa apa yang kita tabur pasti akan kita tuai. Bisa saja kan perasaanku nanti luntur terhadapnya karena kebohongan kemarin? Atau bisa pula Tuhan meniadakan perasaan sayang itu tiba-tiba. Well, siapa yang tahu.
Senin, 07 Maret 2016
Ketika Aku Galau untuk Balas Dendam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Sering Nyasar Dimari
-
Akhirnya kesampaian juga makan di sini setelah Hendry mengatakan kalau dia pengen nyoba menu baru di beberapa tempat . Lagaknya macam orang ...
-
Kini ku tahu bila cinta tak bertumpu pada status Semua orang tahu bila kita sepasang kekasih Namun status tak menjamin cinta Kini ku tahu...
-
Well, sebenarnya sudah dari dulu pengen ke mari lantaran Bu Rina pernah pamer. Tapi baru kesampaian sekarang. Agak syok juga sama tempatnya...
-
Hawa THR yang masih hangat membawa kami melangkah ke mari. Berhubung baru pertama kemari pesanlah kami sesuai kata-kata si Embak Kasir pizza...
0 komentar on "Ketika Aku Galau untuk Balas Dendam"
Posting Komentar