Sekalipun ini bukanlah blog pertamaku tapi aku berharap semoga blog ini bisa menjadi bagian dalam hidupku dan menjadi saksi bisu tentang perjalanan hidupku.Mungkin bagi banyak orang aku bukanlah siapa-siapa tapi aku berharap bagi beberapa orang - sekalipun itu cuma satu orang saja - aku bisa berarti dalam hidupnya.\(´▽`)/

Sabtu, 28 September 2013

First Love Itu Kamu

Diposting oleh S. C. N. Intan Paramitha di 9/28/2013 02:00:00 PM 0 komentar
"Awal pertama jumpa denganmu membuat hatiku melayang.
Kau panah aku dengan pesonamu sehingga tercuri hatiku.
Kau buat aku jadi salah tingkah saat kau tanya siapa namaku.
Dan tak ku sangka kan secepat itu ku bisa dekat dengan dirimu."

Lagi pengen dengerin lagunya Ayu Ting Ting yang Sik Asik. Nggak tahu kenapa padahal nggak lagi jatuh cinta juga. Musiknya seru saja nggak mellow mendayu-dayu jadi semangat ngetik postingan buat blog. Nah, berhubung lagunya tentang cinta pertama...jadi pengen memposting tentang cinta pertama hehehe.

Hmm, cinta pertama ya. Aku nggak tahu ini bisa disebut cinta pertama apa bukan. Waktu itu aku masih tercatat sebagai salah satu siswa SMP swasta di Solo. Kebetulan ada salah seorang cowok teman sekelasku yang menurutku wah . Namanya Hendry Sulistyono. Anaknya pendiam dan nggak banyak tingkah. Dia juga termasuk anak yang pintar.

Aku ingat benar senyum pertama dia waktu awal satu kelas. Beuh, bikin ati yang panas langsung ayem. Makin terpukau tiap kali pelajaran matematika lantaran dia termasuk anak "joss" di bidang itu. Dulu aku cuma bisa ngelihat dia dari kejauhan waktu dia ngobrol asik sama teman-teman dekatnya. Dulu aku cuma bisa ngelihat punggungnya waktu lari jauh pas pelajaran olahraga. Dulu aku cuma bisa berjalan di belakangnya waktu pulang sekolah dan sama-sama nungguin bis di Balaikota. Tapi sekarang dia nggak lagi sekedar bayangan karena dia sudah ada di sampingku. Sekarang aku bisa menatap dia setiap saat . Sekarang aku bisa ngelihat senyumnya tiap hari . Hmmm, ternyata cinta pertama itu memang ada.

Kemesraan Antara Aku, Silvi dan Mie Instan

Diposting oleh S. C. N. Intan Paramitha di 9/28/2013 12:00:00 AM 0 komentar
Berhubung malam ini nggak bisa tidur padahal nggak ada niatan buat begadang maka dengan semangat 45 aku memutuskan untuk memposting cerita di awal kuliahku . Mendadak pengen posting tentang kehidupan "makan". Masih ingat betul, rasanya baru kemarin masuk kuliah tapi sekarang sudah jadi sarjana.

Kebetulan nggak ada satupun di antara aku, Silvi, Fera dan Lena yang asli Semarang. Silvi dari Batang, Fera dari Bandung dan Lena dari Ungaran. Otomatis kami nggak tahu tempat mana-mana saja yang jual makanan layak makan. Singkat cerita, kenalah kami sama salah satu penjual di dekat kampus. Sebut saja namanya Si Mak . Mak ini ibu tua tapi nggak tua-tua banget juga, yang hidup dan jualan sendiri di dekat kampus. Warungnya juga jadi tempat tinggalnya. Anaknya cuma satu dan tinggal di kampung sama neneknya sedangkan suaminya pergi kabur sama pembantunya. Kasihan...

Si Mak ini ngasih paketan makan ke kami (anak asrama) : 180ribu sebulan makan 3x . Wow, siapa yang nolak secara di Semarang sekali makan saja minimal 5rb. Lumayan murah kan? Tapi sayang makanan di sini nggak bersih. Aku pernah nemuin uget-uget di minumanku pas makan sama Silvi di situ. Hebatnya, Silvi dapat 2 ekor lalat segede jempol. Dan beberapa pengalaman menegangkan lainnya yang akhirnya membuat aku, Silvi, Fera dan Lena memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami dengan Si Mak. Meski sebenarnya nggak tega tapi harus gimana lagi demi kesehatan perut . Masa iya makan begituan terus. Nah, berhubung sudah nggak langganan makan aku sama Silvi nyari-nyari warung makan baru dan ketemulah kami di warung dekat Kampus Citarum namanya Mak Udang. Eh nggak tahu ding namanya tapi karena udang di warung ini gede-gede makanya aku nyebut Mak Udang. Murah harga makanan di sini. Enak juga rasanya dan yang pasti nggak bikin sakit perut. Fiuh, sayangnya aku harus dadah ria sama ibu ini setelah Big Bos memindahkan tugas asistensiku ke kampus pusat.

Ngomong-ngomong soal makanan aku jadi ingat berbungkus-bungkus mie instan yang aku simpan sama Silvi. Nggak terhitung banyaknya mungkin . Gila, awal kuliah itu adalah awal-awal hidup mandiri layaknya anak pramuka yang lagi belajar kemah dan jauh dari orang tua. Tiap akhir bulan aku sama Silvi pasti kompakan buat nyetok mie instan. Untung kami nggak langsung mati mengingat hampir tiap hari kami makan mie.

Jumat, 27 September 2013

Pekerjaanmu Deritaku

Diposting oleh S. C. N. Intan Paramitha di 9/27/2013 11:25:00 PM 0 komentar
Annyeong hoseo...
Mungkin minggu ini bakalan jadi minggu tergalau di bulan ini. Gimana enggak, rasanya semua penderitaan numpuk di minggu ini . Dan masalah untuk hari ini cukup sederhana seperti masalah pada hari-hari sebelumnya. Tema masalah malam ini...tarrraaa...G-A-L-A-U . Yups, galau. Ibarat pepatah : Anak muda itu kalau nggak galau nggak gaul mamen! Dan sekali lagi dalam minggu ini sodara-sodara akhirnya dengan sangat bangga aku katakan kalau aku (lagi-lagi) galau. Uniknya kegalauan hari ini bukan karena masalah kerjaan tapi karena kejenuhan.

Huft, aku jenuh sama Hendry . Jenuh sama hubungan kami yang gitu-gitu saja. Jenuh karena sekarang kami jarang komunikasian. Jenuh karena dia mulai punya dunia sendiri. Jenuh karena dia yang bertanggungjawab pada pekerjaannya. Beuh, macam anak alay yang lagi ababil saja aku ini.

Kadang aku berpikir : Apa memang aku yang terlalu egois dan menuntut komunikasi yang lancar sekalipun sedang bekerja? Tapi bukankah komunikasi itu memang penting?

Hmmm, Hendry tipikal pria yang bisa dibilang bertanggungjawab sama pekerjaannya. Saat ini dia menjabat sebagai Supervisor Keuangan di salah satu perusahaan swasta di Kota Solo. Hebatnya lagi, per 1 Oktober nanti dia resmi naik jabatan menjadi Manajer Audit Internal yang berada tepat di bawah Direktur Utama. Aku beneran nggak bisa ngebayangin gimana nantinya. Sekarang saja ketika jabatannya masih sebagai SPV dia jarang komunikasian sama aku . Nah, gimana nanti kalau jadi Manajer Audit Internal yang diserahi dua perusahaan? Mungkin bakalan seru nantinya.

Aku jadi bingung, pekerjaan dia yang sekarang ini harusnya aku syukuri atau aku tangisi . Yang namanya rejeki memang harusnya disyukuri sih tapi rejeki yang dia peroleh ini nyatanya harus mengorbankan satu hal : waktu kami. Hendry juga tipikal pekerja keras. Sampai-sampai dia rela kerja lembur tanpa dibayar. Rasanya pengen banget nabok si Hendry tiap kali dia kerja di hari libur . Entah dia pekerja keras atau gila kerja.

Dulu waktu masih kuliah di Semarang tiap kali aku ada masalah sama Hendry, aku bisa melupakan masalah itu dengan cara main sama Silvi ataupun teman yang lainnya . Kadang menggila bersama teman bisa menjadi penghilang kejenuhan. Fiuh, kangen juga nggembel bareng Silvi . Hebatnya, di Solo aku nggak punya teman sama sekali. Teman SMA jaman dulu sudah ada kesibukan masing-masing dan jadilah aku terdampar di sini sendiri. Mungkin aku perlu mencari kesibukan yang lain agar aku bisa menghilangkan kejenuhan sejenak hohoho...

Kamis, 26 September 2013

Aku Bukan (Lagi) Bebanmu

Diposting oleh S. C. N. Intan Paramitha di 9/26/2013 11:49:00 PM 0 komentar
Masih ingat betul peristiwa wow waktu itu. Empat tahun lalu kira-kira beberapa bulan setelah kita lulus SMA orang tuamu datang ke rumah - bersamamu tentunya - dan menyampaikan niat baik meminangku menjadi istrimu. Jawaban orang tuakupun sangat klise waktu itu : biarkan aku menyelesaikan pendidikanku hingga perguruan tinggi setelah itu bekerja dan baru menikah. Aku cukup terharu, bingung, merasa wah dan takut waktu itu. Terharu karena kedua orang tuamu menganggapku selayaknya anak mereka sendiri . Ayahmu bahkan memintaku untuk berkuliah di kota kita. Ibumu menciumiku ketika aku memutuskan untuk tetap pergi. Sejujurnya aku cukup bingung dengan keadaan kita waktu itu. Aku menginginkan hal yang sama sepertimu tapi aku juga harus menuruti kemauan orang tuaku.

Waktupun terus berjalan. Kita menjalani aktivitas masing-masing di kota masing-masing. Kamupun mulai mengenal banyak teman. Aku masih ingat betul gimana nangisnya kamu waktu aku pergi...berapa kali dalam sehari kamu menelponku...berapa sms yang kamu kirimkan. Nah, hebatnya semenjak kamu kuliah semua kebiasaan itu hilang sudah dan kita tenggelam dalam aktivitas kita . Aku yang dulu...yang ketika kamu berteriak di depanku akan otomatis menangis...yang penurut layaknya istri kepada suaminya...yang cuma bisa diam sekalipun marah ataupun cemburu...lambat laun akupun berubah. Mungkin bukan hanya aku tapi kita berdua . Lingkungan, teman dan juga kamulah yang mengubahku. Karena waktumu yang jarang ada untukku dan aktivitas kita yang selalu bertabrakan, wajar jika komunikasi kitapun menjadi jarang.

Mungkin karena alasan itulah aku menolak permintaan kedua orang tuamu di tahun ketiga masa kuliahku . Lagi-lagi aku merasa wah dan terharu ketika orang tuamu menanyai hubungan kita. Bahkan kedua orang tuamu berencana membelikan kita sepasang cincin pertunangan. Cincin pemikat yang menandakan kita ini pasangan. Bukannya aku mempermainkan hubungan kita. Bukan pula karena aku hanya ingin main-main. Sejujurnya aku ragu. Aku ragu tentang perasaanku . Dibilang sayang, iya aku sayang. Dibilang cinta, aku pasti cinta. Tapi aku ragu tentang perasaanku yang terus saja berbohong di depanmu. Seberat apapun masalahku aku cuma diam dan menutupi seolah aku bahagia. Kamu tahu kenapa? Karena kamu selalu mengatakan : "Jangan jadi bebanku!" . Berkali-kali kamu mengatakan kata itu. Karena itulah, semua permasalahan yang aku alami kamu nggak pernah tahu.

Sekarangpun ketika kamu bertanya "gimana kerjaanmu" aku hanya tersenyum serasa berkata "baik-baik saja" . Awalnya memang aku sedikit sakit hati dengan ucapanmu tapi lambat laun aku mengambil hal positif dari perkataanmu. Perkataanmu membuat belajar mandiri untuk tetap tegar menghadapi masalah yang berat sekalipun. Perkataanmu membuatku menebalkan topeng di depan banyak orang sekalipun aku memiliki masalah. Perkataanmu membuatku berpikir untuk nggak jadi bebanmu.

Tepat Sasarankah ?

Diposting oleh S. C. N. Intan Paramitha di 9/26/2013 11:16:00 PM 0 komentar
Annyeong hoseo...
Sebenarnya aku agak malu juga lantaran isi blogku cuma seputar curhatan dan cuap-cuap nggak jelas . Bahkan bisa dibilang nggak ada manfaatnya sama sekali buat "publik". Nah, biar kelihatan keren malam ini aku mau posting sedikit tentang bantuan dari pemerintah yang katanya diperuntukan warga menengah ke bawah.

Banyak iklan dari pemerintah baik itu melalui media televisi, koran maupun online tentang bantuan untuk masyarakat menengah ke bawah guna pemerataan kemakmuran warga di Indonesia. Sayangnya, bantuan yang diberikan oleh pemerintah ini bisa dibilang nggak tepat sasaran . Pada kenyataannya di kampungku saja cuma orang-orang yang dekat sama "pesuruh" pemerintah yang bisa mendapatkan kesempatan istimewa itu. Kenyataan pahit yang seharusnya bisa diterima pemerintah dan disikapi secara bijak. Seperti awal tahun pelajaran kemarin malah orang-orang dengan rumah bertingkat dan berkecukupan yang menerima dana bantuan sekolah. Padahal masih banyak siswa di kampungku yang bisa dibilang hidup pas-pasan. Kalau saja pemerintah lebih mau blusukan lagi dan mengecek secara langsung apakah orang yang menerima bantuan itu bisa dianggap berhak.

Wew, mungkin harapan itu nggak sekedar jadi harapan. Kemarin waktu si mamah lagi ngegosip sama ibu-ibu di kampung katanya mulai sekarang akan ada "suruhan" khusus pemerintah yang akan mengecek kondisi rumah dan perekonomian calon penerima bantuan. Bersyukur dan berharap bantuan pemerintah akan tepat sasaran nantinya.

Ambisiusisasi Part 1

Diposting oleh S. C. N. Intan Paramitha di 9/26/2013 10:49:00 PM 0 komentar
Setiap orang pasti memiliki impian. Setiap orangpun pasti punya pengharapan akan hidupnya di masa mendatang. Begitu pula denganku. Tahun ini banyak sekali pengalaman tentang hidup yang sudah aku peroleh . Mulai dari pekerjaan yang nyata hingga pekerjaan tak nyata di dunia maya. Sayangnya, tahun ini aku hanya bisa berharap dan terus berharap akan suatu hal. Kadang terbersit juga di pikiran : Kenapa hal-hal yang aku inginkan nggak pernah Tuhan berikan, apa karena ini memang belum waktunya? Banyak rencana yang sudah aku siapkan di tahun depan seperti usaha apa yang mungkin bisa aku kerjakan untuk menciptakan lapangan kerja baru saat ini. Langkah pertama yang tentunya harus aku lakukan ialah mencari modal usaha. Nah, karena itulah aku sekarang ngoyo jualan online di lapakku. Aku berharap dengan usaha dan rencanaku di tahun ini...aku bisa mewujudkan rencana yang lain di tahun mendatang. Hmm, rencana apa itu?

Rencanaku di tahun depan cukup sederhana. Aku hanya ingin (sekali) "membalas dendam" kepada mereka yang sudah merendahkan kedua orang tuaku . Mereka yang membuang uang di muka orang tuaku . Terdengar jahat agaknya, tapi ambisi...kebencian...dan semangat ini semua karena mereka. Aku nggak akan membalas kejahatan dengan kejahatan. Aku hanya akan membalas dendam dengan cara yang positif...dengan hidup yang lebih baik dan bekerja keras. Aku ingin menunjukan bahwa aku dan keluargaku yang mereka rendahkan bisa ada jauh di atas mereka.

Selasa, 24 September 2013

Mengenang Awal Masuk Kuliah Part 2

Diposting oleh S. C. N. Intan Paramitha di 9/24/2013 02:12:00 AM 0 komentar
Gembel di Pagi Hari

Agak sebel, ragu-ragu dan nggak rela juga sebenarnya sama foto ini . Jadi ceritanya, foto ini tuh diambil pas lagi ada acara persekutuan pagi di asrama. Tiap setahun sekali kami kedatangan trainee dari Sentul. Mereka membantu pelayanan di asrama dan area kampus. Membantunya dalam artian rohani lho ya . Kami di bantu dalam pembacaan Alkitab, doa, pujian dan banyak hal dalam penguatan iman. Nah, foto yang paling kucel dan kayak gembel ini pas kami belum pada mandi tapi sudah disuruh foto gara-gara para trainee mau pulang ke Jakarta. Buat kenang-kenangan gitu katanya. Tapi masalahnya ini foto malah kelihatan kayak gembel sama majikannya. 


Kalau yang ini fotoku tanpa ekspresi. Beneran wajah datar pas difoto. Yah, mau gimana lagi masa iya aku foto meringis.


Sering Nyasar Dimari

 

Praise The Lord Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez