Ketika aku menulis postingan ( nggak jelas ) ini, aku berusaha untuk tegar. Maksudku, untuk tidak emosi. Opolah sak-sake sing meh ngiro-ngiro.
Kemarin hari ulang tahunku. Aku memang tidak berharap banyak darinya. Karena dari awal bulan dia sudah bilang : Jangan berharap, aku tidak akan memberikan apa-apa. Nggak guna perayaan ulang tahun seperti itu.
Dia tidak lupa tanggalnya seperti yang lalu-lalu saja itu lebih dari cukup. Tapi ya apa mau dikata, namanya juga wanita. Hal pertama yang aku harapkan saat kami ketemu, dia ngucapin secara langsung dan lebih bagus lagi kalau didoakan. Tapi, hellooooo...
Selama sehari penuh dia sibuk kerja, kerja dan kerja. Tanpa ada ucapan ataupun doa sepatah kata pun. Saat kami bertemu seakan itu hari biasa. Layaknya hari-hari yang sangat biasa. Dan kalimat pertama saat mau pergi adalah : Jangan berharap! Kok ganti baju. Memangnya kita mau pergi.
Nggregel ning ati coy! Aku cuma senyum-senyum meski dalam hati gelone ra ketulungan. Akhirnya kami pergi ke King Pets, beli beberapa dog food. Lantas makan di Blenger. Layaknya hari biasa yang sangat biasa. Saat mau makan pun dia masih sibuk dengan hape & pekerjaannya. Duh Gusti, doso opo aku ki jane. Saat itu pengen nangis rasanya. Tapi masih tertahan, lha isin.
Pulang dari Blenger, kami muter-muter nyari martabak manis karena papah minta. Dan amazing, muter setengah jam ketemunya di daerah pasar kembang. Opo do demo to ki? Dan *prok-prok* aku nangis sepanjang jalan pulang sodara-sodara.
Dears sayang, aku tidak berharap banyak padamu. Aku tidak mengharapkan hadiah ataupun bunga. Setidaknya berikan aku ucapan atau doa yang tulus dari hatimu. Karena dari awal pun kamu sudah meng-skakmat dan mengulang berkali-kali ucapanmu bahwa tidak akan ada apa-apa di hari biasa itu. Sekali lagi, aku juga tidak berharap karena perasaanku sudah pupus dari awal. Ingin rasanya aku teriak, opo kowe ora mudeng carane ngebahagiake aku? Mungkin di dalam hatimu, aku tak lebih dari seorang wanita yang gemar hura-hura. Makanya langsung di-skakmat. Tapi ya sudahlah, mungkin Tuhan memberi permasalahan kecil ini agar aku bisa lebih dewasa. Aku menyesal kenapa dulu saat mereka memberiku sekantung plastik coklat, mawar merah, mawar putih, hujan perhatian dan hadiah-hadiah kecil yang tentunya disukai wanita...sikapku tetap dingin. Aku menyesal saat itu aku tidak menghargai usaha mereka. Aku tidak berterima kasih. Dan hebatnya karma itu ada! Tidak ada lagi sekantung plastik coklat! Tidak ada lagi mawar merah! Tidak ada lagi mawar putih! Tidak ada lagi hujan perhatian! Tidak ada lagi hadiah-hadiah kecil! Tapi aku tidak menyesal memiliki pasangan sepertimu setelah apa yang kita alami berdua. Aku hanya mempercayainya sebagai karma. Tuhan telah memberikan karma kepadaku dan menjawab doa pria-pria yang aku lukai hatinya. Sekarang aku pun terluka, sama terlukanya dengan mereka. Sekarang aku tahu bagaimana rasanya "dibiasa-biasakan". Sekarang aku tahu...
Sabtu, 05 November 2016
Sedih & Kecewa, Ya Sudahlah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Sering Nyasar Dimari
-
Akhirnya kesampaian juga makan di sini setelah Hendry mengatakan kalau dia pengen nyoba menu baru di beberapa tempat . Lagaknya macam orang ...
-
Kini ku tahu bila cinta tak bertumpu pada status Semua orang tahu bila kita sepasang kekasih Namun status tak menjamin cinta Kini ku tahu...
-
Well, sebenarnya sudah dari dulu pengen ke mari lantaran Bu Rina pernah pamer. Tapi baru kesampaian sekarang. Agak syok juga sama tempatnya...
-
Hawa THR yang masih hangat membawa kami melangkah ke mari. Berhubung baru pertama kemari pesanlah kami sesuai kata-kata si Embak Kasir pizza...
0 komentar on "Sedih & Kecewa, Ya Sudahlah"
Posting Komentar