Tidak ada yang lebih menyedihkan dibandingkan melihat yang tersayang mengalami sakratul, berteriak kesakitan dan tidak lagi bernafas di depan mata kita secara langsung. Ketika aku mengira, aku sudah sangat baik menjaganya. Memperhatikan porsi makannnya. Memberinya susu. Dan mengawasi saat dia pergi. Ternyata Tuhan berkehendak lain. Melalui penyakit Tuhan mengambilnya dariku. Uang berapapun juga tak ada lagi gunanya. Hanya penyesalan yang datang. Sudah tidak ada lagi yang ku sayangi, yang tidur denganku, yang ekornya goyang-goyang saat ku buatkan susu, yang ku suapi dengan tanganku sendiri. Bagiku dia bukan hanya seekor anjing, tapi sudah seperti anak sendiri. Sudah menjadi bagian dalam hidupku. Dan ketika dia pergi, separuh nyawaku seakan ikut pergi. Choco, mami nyesel Cho ora langsung ning dokter. Mami ngiro kowe cuma pilek biasa Cho. Mami nyesel Choco. Mami nyesel Choco.
Sabtu, 17 September 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Sering Nyasar Dimari
-
Akhirnya kesampaian juga makan di sini setelah Hendry mengatakan kalau dia pengen nyoba menu baru di beberapa tempat . Lagaknya macam orang ...
-
Kini ku tahu bila cinta tak bertumpu pada status Semua orang tahu bila kita sepasang kekasih Namun status tak menjamin cinta Kini ku tahu...
-
Well, sebenarnya sudah dari dulu pengen ke mari lantaran Bu Rina pernah pamer. Tapi baru kesampaian sekarang. Agak syok juga sama tempatnya...
-
Hawa THR yang masih hangat membawa kami melangkah ke mari. Berhubung baru pertama kemari pesanlah kami sesuai kata-kata si Embak Kasir pizza...
0 komentar on "Choco Lio Lio Anakku Lanang"
Posting Komentar