Panasnya Solo membuat kami hijrah ke Cemoro Kandang lagi. Diawali dengan drama "mbenake" servisan motor yang agak nggak benar. Lantaran ada onderdil yang lepas. Dilanjutkan dengan "dicegat" POLANTAS yang tak lain dan tak bukan ternyata teman-teman setimnya Faham, temannya Hendry jaman kuliah. Dan kali ini jajanan kami cuma habis Rp 38.500,00. Cuma sayangnya, jagungnya tua jadi nggak enak.
Minggu, 29 Mei 2016
Rindu Kalian : Sister's House
Empat tahun bukan waktu yang singkat bagi kita untuk tak lagi bertemu dan bertegur sapa. Well, terakhir kita ketemu tahun 2012 sewaktu wisuda kemarin kan yak?
Rasanya seperti baru kemarin kenalan. Huft, sekarang kita punya jalan hidup dan kesibukan masing-masing. Kadang kalau ingat kejadian yang dulu-dulu suka geli sendiri. Masa-masa pubertas penuh kesensitifan. Yang apa-apa kelihatan jadi heboh . Tapi anehnya sekarang malah merindukan kejadian-kejadian seperti itu lagi.
Yang paling mengesankan sama Silvi, saat kejadian ini : Saat kami ketahuan sama Fera makan kelengkeng di kamar berdua. Ekspresi kami saat itu ya syok, kaget, malu bercampur aduk. Secara waktu itu lagi ngobrol biasa dan dengan dadakan Fera masuk ke kamar. Serasa banci kena garukan . Tapi sejujurnya sih ya, kejadian sama Silvi itu banyak banget yang absurb dan nggak masuk akal. Banyak banget, contoh kecilnya : alas sepatunya Silvi copot di depan Warung Ijo, hujan-hujan ngejar tukang nasi goreng keliling, nyasar cuma karena nyari Rocket Chicken, tasnya Silvi ketinggalan di ADA Swalayan padahal sudah sampai di asrama dan baru ingat pas sampai, dan lain-lain.
Yang paling mengesankan sama Lena, saat kejadian ini : Saat aku, Lena, Leo, dan Yosua bolos asisten dosen. Niatnya kami mau balik ke asrama. Tapi ketahuan sama Ko Hansen dan kami harus lari-lari sembunyi. Serasa maling sandal yang ketahuan dan mau digebukin .
Yang paling mengesankan sama Fera, saat kejadian ini : Saat kami berempat yaitu aku, Silvi, Lena dan Fera nggak punya uang sama sekali sampai-sampai mau sarapanpun nggak bisa. Dan kebetulan Fera ada lebih. Terus dia beliin nasi sebungkus buat berdua sama Silvi .
Yang paling mengesankan sama Ester, saat kejadian ini : Saat dia baru berantem sama Nandu. Donat JCO yang sudah hampir 3 hari langsung di-hap dengan muka tanpa dosa dan tanpa ekspresi ala-ala Rian D'Masiv. Lantas kami yang ngelihat cuma bisa ndlongop. Ya ampun, patah hati bisa membuat orang sampai segitunya .
Yang paling mengesankan sama Eun, saat kejadian ini : Saat asisten dosen di kampus. Kebetulan tempat kami duduk dekat. Dia ngupil lumayan lama pakai tangan kiri, aku cuma noleh bentar dia sudah ganti pakai tangan kanan. Dan stok upilnya kayak nggak habis-habis. Mengherankan! Sungguh .
Aigoo, aku rindu kalian teman-teman. Rindu masa-masa kumpul bareng seperti dulu. Apakah suatu saat kita akan reunian? Kalau kita ketemu nanti, apa kita masih tetap sama seperti dulu?
Rasanya seperti baru kemarin kenalan. Huft, sekarang kita punya jalan hidup dan kesibukan masing-masing. Kadang kalau ingat kejadian yang dulu-dulu suka geli sendiri. Masa-masa pubertas penuh kesensitifan. Yang apa-apa kelihatan jadi heboh . Tapi anehnya sekarang malah merindukan kejadian-kejadian seperti itu lagi.
Yang paling mengesankan sama Silvi, saat kejadian ini : Saat kami ketahuan sama Fera makan kelengkeng di kamar berdua. Ekspresi kami saat itu ya syok, kaget, malu bercampur aduk. Secara waktu itu lagi ngobrol biasa dan dengan dadakan Fera masuk ke kamar. Serasa banci kena garukan . Tapi sejujurnya sih ya, kejadian sama Silvi itu banyak banget yang absurb dan nggak masuk akal. Banyak banget, contoh kecilnya : alas sepatunya Silvi copot di depan Warung Ijo, hujan-hujan ngejar tukang nasi goreng keliling, nyasar cuma karena nyari Rocket Chicken, tasnya Silvi ketinggalan di ADA Swalayan padahal sudah sampai di asrama dan baru ingat pas sampai, dan lain-lain.
Yang paling mengesankan sama Lena, saat kejadian ini : Saat aku, Lena, Leo, dan Yosua bolos asisten dosen. Niatnya kami mau balik ke asrama. Tapi ketahuan sama Ko Hansen dan kami harus lari-lari sembunyi. Serasa maling sandal yang ketahuan dan mau digebukin .
Yang paling mengesankan sama Fera, saat kejadian ini : Saat kami berempat yaitu aku, Silvi, Lena dan Fera nggak punya uang sama sekali sampai-sampai mau sarapanpun nggak bisa. Dan kebetulan Fera ada lebih. Terus dia beliin nasi sebungkus buat berdua sama Silvi .
Yang paling mengesankan sama Ester, saat kejadian ini : Saat dia baru berantem sama Nandu. Donat JCO yang sudah hampir 3 hari langsung di-hap dengan muka tanpa dosa dan tanpa ekspresi ala-ala Rian D'Masiv. Lantas kami yang ngelihat cuma bisa ndlongop. Ya ampun, patah hati bisa membuat orang sampai segitunya .
Yang paling mengesankan sama Eun, saat kejadian ini : Saat asisten dosen di kampus. Kebetulan tempat kami duduk dekat. Dia ngupil lumayan lama pakai tangan kiri, aku cuma noleh bentar dia sudah ganti pakai tangan kanan. Dan stok upilnya kayak nggak habis-habis. Mengherankan! Sungguh .
Aigoo, aku rindu kalian teman-teman. Rindu masa-masa kumpul bareng seperti dulu. Apakah suatu saat kita akan reunian? Kalau kita ketemu nanti, apa kita masih tetap sama seperti dulu?
Jumat, 27 Mei 2016
Panik Pra-Nikah
Mungkin bagi sebagian besar orang apa yang aku rasakan saat ini masih ada di taraf ilusi. Di saat teman-teman seumuranku sudah selfi dan menggendong anak-anak mereka, aku masih saja menggendong anak-anak anjingku . Yang lebih membuat panik Juni besok Paulina merid dan Oktober besok Visca menyusul. OMG hellow lha aku kapan .Tapi mau bagaimana lagi tuntutan orang tua.
Kenapa bisa aku bilang tuntutan orang tua? Dulu pas lulus SMA sebenarnya keluarga Hendry sudah "melamarku". Dalam artian "nembung". Ibunya datang dan meminta Mamah untuk menyetujui dan menikahkan kami lulus dari SMA. Dan saat itu ditolak Mamah secara halus biar kami sama-sama kuliah dulu .
Selepas kuliah orang tuanya kembali menanyakan perihal lamaran mereka dulu, dan Mamah kembali menolak biar kami sama-sama kuliah dulu .
Nah, giliran sudah kerja...biar sama-sama beli motor dulu. Nggak cuma motor, Hendry malah sudah bisa punya usaha fitness. Beli alat-alat fitness pakai uang gajinya sendiri.
Dan tereeeeeeeng, habis motor...syarat Mamah yang terakhir adalah biar sama-sama nabung buat beli rumah dulu .
And then rumah sudah dalam proses sekarang ini .
Tinggal melengkapi berkas seperti KTP, KK dan kelengkapan kanonik lainnya.
Kenapa bisa aku bilang tuntutan orang tua? Dulu pas lulus SMA sebenarnya keluarga Hendry sudah "melamarku". Dalam artian "nembung". Ibunya datang dan meminta Mamah untuk menyetujui dan menikahkan kami lulus dari SMA. Dan saat itu ditolak Mamah secara halus biar kami sama-sama kuliah dulu .
Selepas kuliah orang tuanya kembali menanyakan perihal lamaran mereka dulu, dan Mamah kembali menolak biar kami sama-sama kuliah dulu .
Nah, giliran sudah kerja...biar sama-sama beli motor dulu. Nggak cuma motor, Hendry malah sudah bisa punya usaha fitness. Beli alat-alat fitness pakai uang gajinya sendiri.
Dan tereeeeeeeng, habis motor...syarat Mamah yang terakhir adalah biar sama-sama nabung buat beli rumah dulu .
And then rumah sudah dalam proses sekarang ini .
Tinggal melengkapi berkas seperti KTP, KK dan kelengkapan kanonik lainnya.
Posesif, Protektif dan Sikap Cemburuanmu Buatku Geli
Kadang aku merasa geli, gemes dan sedikit marah ketika Hendry berulah. Dalam artian dia jadi posesif, protektif dan cemburuan nggak jelas. Padahal lho ya di Solo ( sekarang ini ) ke mana-mana aku juga perginya sama dia. Hape juga diinvestigasi aku nggak masalah. Well, menurutku nggak ada yang berusaha aku sembunyikan. Tapi yaaaah masih pula begitu . Saban hari yang dicemburui Dedy. Padahal noooh, si Dedy sudah punya anak isteri . Heran, nggak suaminya Fera...nggak mantannya Ester...nggak Hendry, yang dicemburui sama. Dan parahnya si Hendry sampai sekarang masih dibahas. Gara-gara dulu kalau nggak salah Dedy pernah sms : Pokoke kita sahabat sejati ya. Cuma kuwi lho ya dul . Tapi ya disyukuri sajalah daripada nantinya cuek dan nggak peduli sama aku .
Sabtu, 21 Mei 2016
STOP BULLYING
Kenapa saya ikut menyerukan "STOP BULLYING" ? Karena saya juga pernah mengalami masa-masa dibully. Karena saya pernah merasakan "dipojokan". Karena saya pernah merasakan "diintimidasi". Karena saya pernah merasakan "tidak diinginkan". Karena saya pernah merasakan "tidak dihargai". Karena saya tahu bagaimana rasanya menjadi yang terbuang.
Saat masih duduk di Sekolah Dasar ( SD ) saya sering dibully oleh teman-teman saya sendiri. Teman satu kelas yang seharusnya menjadi teman bermain yang menyenangkan. Tapi pada kenyataannya merekalah yang membuat saya menjadi seorang yang minder. Banyak kejadian tidak menyenangkan yang masih saya ingat sampai sekarang.
Dulu setiap kali mereka disatukelompokan dengan saya, mereka selalu mengatakan "AH DENGAN ANAK PEMBAWA SIAL". Yups, mereka mengatai saya pembawa sial.
Masih jaman juga mengolok-olok nama orang tua dan saya pun dibegitukan. Mereka bangga bisa mengolok nama orang tua saya mungkin ya.
Waktu kelas 6 SD saya pernah ikut arisan beberapa nomor dari uang saku yang saya kumpulkan tiap hari. Saya lupa ikut berapa, kalau tidak salah 6. Hanya 1 yang sudah dapat. Lainnya entahlah kandas. Dan saat papah tahu saya sudah "tertipu" papah mengadukan ke wali kelas. Well, yang saya dapatkan malah cacian dari teman sekelas. Merekapun lebih percaya dengan "penipu" yang mengadakan arisan tersebut.
Saya juga masih ingat kebodohan saya di masa lalu, saya punya seorang teman yang saya rasa dekat ( tapi ternyata tidak ) dan saya tahu dia sangat mengagumi boyband Westlife. Saat tahu ada poster baru tentang Westlife, saya berjalan dari rumah sampai rumahnya yang lumayan jauh hanya demi memberi kabar. Dan kalian tahu apa yang saya dapatkan? Dia mengusir saya dan menuduh saya mau mencuri koreografi tariannya. Kebetulan waktu itu memang ada tugas kelompok menari dan dia bukan kelompok saya.
Saya juga pernah direndahkan secara perkataan saat mengobrol bersama dengan teman-teman perempuan. Mereka memuji diri mereka seakan mereka yang tercantik di dunia. Dan menghina saya.
Tapi saya bersyukur : TUHAN TIDAK TIDUR Saya bersyukur dengan kehidupan saya sekarang : keluarga dan pasangan yang sempurna. Dan mereka yang pernah membully saya kala itu keluarganya amburadul. Orang tua mereka semua bercerai. Mereka yang merendahkan sayapun mendapatkan pekerjaan yang jauh di bawah saya. Saya bersyukur dan percaya Tuhan itu tidak tidur. Dia melihat segala sesuatu yang terjadi pada umat-Nya.
Saat masih duduk di Sekolah Dasar ( SD ) saya sering dibully oleh teman-teman saya sendiri. Teman satu kelas yang seharusnya menjadi teman bermain yang menyenangkan. Tapi pada kenyataannya merekalah yang membuat saya menjadi seorang yang minder. Banyak kejadian tidak menyenangkan yang masih saya ingat sampai sekarang.
Dulu setiap kali mereka disatukelompokan dengan saya, mereka selalu mengatakan "AH DENGAN ANAK PEMBAWA SIAL". Yups, mereka mengatai saya pembawa sial.
Masih jaman juga mengolok-olok nama orang tua dan saya pun dibegitukan. Mereka bangga bisa mengolok nama orang tua saya mungkin ya.
Waktu kelas 6 SD saya pernah ikut arisan beberapa nomor dari uang saku yang saya kumpulkan tiap hari. Saya lupa ikut berapa, kalau tidak salah 6. Hanya 1 yang sudah dapat. Lainnya entahlah kandas. Dan saat papah tahu saya sudah "tertipu" papah mengadukan ke wali kelas. Well, yang saya dapatkan malah cacian dari teman sekelas. Merekapun lebih percaya dengan "penipu" yang mengadakan arisan tersebut.
Saya juga masih ingat kebodohan saya di masa lalu, saya punya seorang teman yang saya rasa dekat ( tapi ternyata tidak ) dan saya tahu dia sangat mengagumi boyband Westlife. Saat tahu ada poster baru tentang Westlife, saya berjalan dari rumah sampai rumahnya yang lumayan jauh hanya demi memberi kabar. Dan kalian tahu apa yang saya dapatkan? Dia mengusir saya dan menuduh saya mau mencuri koreografi tariannya. Kebetulan waktu itu memang ada tugas kelompok menari dan dia bukan kelompok saya.
Saya juga pernah direndahkan secara perkataan saat mengobrol bersama dengan teman-teman perempuan. Mereka memuji diri mereka seakan mereka yang tercantik di dunia. Dan menghina saya.
Tapi saya bersyukur : TUHAN TIDAK TIDUR Saya bersyukur dengan kehidupan saya sekarang : keluarga dan pasangan yang sempurna. Dan mereka yang pernah membully saya kala itu keluarganya amburadul. Orang tua mereka semua bercerai. Mereka yang merendahkan sayapun mendapatkan pekerjaan yang jauh di bawah saya. Saya bersyukur dan percaya Tuhan itu tidak tidur. Dia melihat segala sesuatu yang terjadi pada umat-Nya.
Jumat, 20 Mei 2016
Lesehan ALDAN Daerah Mangkunegara
Lantaran Hendry dari kemarin ngedrel-ngedrel ngajak makan di Lesehan ALDAN, alhasil makanlah kami malah ini di sana malam ini . Diawali dengan drama nganter risolesnya mamah di Mbah Ribut lalu COD dengan customer yang lumayan lama .
Baiklah mari kita review menurut pandangan & selera kami. Sebagai catatan ya, selera orang kan beda-beda.
Untuk sambelnya kebetulan kami pesan sambel pete, sambel matang sama sambel bajak. Menurutku sih rasanya oke semua cuma untuk porsi kurang banyak.
Lauknya : kalau kata Hendry "Ini kakak apa anak kakap" yups ukurannya kecil, tempenya juga agak kemahalan karena satu buah tempe kecil dihargai seribu rupiah, telur dadarnya kurang asin, dan jamur crispynya okelah porsinya banyak dan rasanya lumayan.
Minumannya : es tehnya gede gelasnya dan rasanya pas, es lidah buayannya juga seger, dan air esnya rasanya kayak air putih. Ya iyalah wkwkwk
Sayurnya kita pilih cha kankung tapi untuk rasa kurang suka sih. Kurang gurih kayaknya.
Overall ya, selera orang kan beda-beda yak!
Minggu, 08 Mei 2016
Es Poconk di Jalan Gatot Subroto
Tempatnya asik buat nongkrong dan nggak sumuk juga. Mungkin karena bagian belakang dari warung es ini kebon kali ya. Esnya kok menurutku kurang manisnya. Siropnya kurang banyak. Aku kira apa lidahku, terus aku nyiciplah punya Hendry ya sama saja. Mungkin ke depannya bisa diubah formula esnya biar lebih manis jadi nggak cuma berasa air es tok. Well, onion ringnya kerempeng banget saosnya juga dikit mungkin lain kali dibanyakin dikit biar sebanding sama harganya. Sedikit kritik juga, nggak ada tisu sama sekali. Jadi harus bawa tisu sendiri kalau pengen ngelap bibir. Eh, ngelap bibir .
Selasa, 03 Mei 2016
Gedhang Girang
Lokasinya dekat sama Oh La Vita guys. Kami mampir ke sini lantaran tiap kali lewat Oh La Vita bau makanan di Gedhang Girang ini ke mana-mana .
Dan ke sinilah kami malam ini.
Untuk esnya suka rasanya unik. Kalau spagetinya okelah rasanya pas dan teksturnya juga nggak lembek pun juga nggak terlalu keras. Kentangnya kok agak kemahalan ya, aku kira saosnya banyak ternyata cuma mak sleret tok. Dan untuk gedhang gorengnya, rasanya enaaaaak. Cuma sayang porsinya kecil banget, nyampe di tenggorokan saja ini mah .
Langganan:
Postingan (Atom)
Sering Nyasar Dimari
-
Akhirnya kesampaian juga makan di sini setelah Hendry mengatakan kalau dia pengen nyoba menu baru di beberapa tempat . Lagaknya macam orang ...
-
Kini ku tahu bila cinta tak bertumpu pada status Semua orang tahu bila kita sepasang kekasih Namun status tak menjamin cinta Kini ku tahu...
-
Well, sebenarnya sudah dari dulu pengen ke mari lantaran Bu Rina pernah pamer. Tapi baru kesampaian sekarang. Agak syok juga sama tempatnya...
-
Hawa THR yang masih hangat membawa kami melangkah ke mari. Berhubung baru pertama kemari pesanlah kami sesuai kata-kata si Embak Kasir pizza...