Menjelang hari pernikahan banyak sekali permasalahan yang kami hadapi. Mulai dari cara berpikir yang jadi tak sejalan, saling sensi, sibuk dengan dunia masing-masing dan lain sebagainya. Dalam kasus kami untungnya tidak ada bagian "pihak ketiga". Huft...kata orang memang menjelang hari pernikahan banyak cobaan yang akan dialami pasangan yang akan menikah. Tapi kenapa ya masalah itu seakan-akan tak pernah henti. Yap, dramaku dimulai. Siap-siaplah dengar curhatku 😭😭😭.
Dalam kasusku, sebenarnya aku sendiri pun tak mengerti kenapa timbul berbagai pertanyaan dan permasalahan akhir-akhir ini seperti contohnya :
1. Ragukah aku jadi pasangan sehidup sematinya?
2. Yakinkah dia bahwa aku tulang rusuknya?
3. Apakah kami akan bahagia?
Dan permasalahan yang timbul menurutku sebenarnya mungkin hanya permasalahan kecil saja. Atau aku yang salah bicara ya. Huft...
Hari ini dia bilang bahwa sulit untuk mempercayai ide yang ku berikan dengan alasan terkadang ideku itu aneh dan tidak masuk akan untuk dijalankan. Kronologi awalnya sih begini, dulu aku pernah minta timbangan barang untuk cek ongkos kirim kalau aku kirim barang. Tapi pada kenyataannya, timbangan itu tidak aku gunakan. Alasanku adalah seringkali konsumenku meminta estimasi berat barang terlebih dulu agar mereka bisa segera transfer padahal barangnya saja masih di penjahit. Lantas, bagaimana aku bisa menggunakan timbangan itu dengan baik dan benar? Lha wong barangnya saja masih di penjahit tapi konsumen minta rekapan buat transfer.😳😵😒
Dari masalah timbangan itulah akhirnya keluar ucapan seperti itu. Menyakitkan memang, apalagi diucapkan oleh orang yang akan menjadi suami kita.
Masalah kedua, waktu di pasar aku beli jamur dan brokoli. Niatnya mau ku goreng crispy. Memang sih aku lagi program diet tapi yang nggak ketat juga. Dan dia mengolok lagi seperti yang sudah-sudah. Diet kok gorengan. Diet kok crispy bla bla bla. Well, aku nggak doyan sayur pemirsa. Dan inti dari dietku ini adalah menyingkirkan minuman dan makanan yang tidak sehat dan diganti dengan buah dan sayur. Langkah awalnya, ya itu tadi buat crispy. Tapi dia nampaknya tidak melihat usahaku.😟😥😧
Masalah ketiga, soal usaha sih. Jadi ceritanya, usaha onlineku itu memang memberikan dilema tersendiri. Karena apa? Karena aku seringkali menggunakan uang laba buat kulakan. Jadi uangnya nggak kelihatan. Habis masuk uang laba, langsung kulakan. Begitu seterusnya. Dan muring-muringlah dia seperti biasa. Bahkan mau menutup usaha ini pula. Harapanku, dia mau mengerti posisiku. Sampai aku keluar kerja demi konsentrasi di usaha ini. Setidaknya berilah aku waktu sebulan. Tapi kenyataannya hampir setiap hari dia begitu.😫
Aku sebagai seorang wanita yang berjiwa lembut ( drama dimulai ) sebenarnya hanya ingin dia mengerti posisiku, setidaknya dia mengatakan "nggak apa-apa konsentrasi dan fokuslah dulu" atau "nggak usah ngoyo rejeki bukan seperti sandal jepit" atau yang lainnya. Apakah banyam pria seperti dia? Cuek dan terlalu mencintai pekerjaannya.
Well, apapun itu entahlah. Aku hanya sempat berpikir : Apakah sebaiknya aku melamar pekerjaan lagi?
Sabtu, 05 Maret 2016
Menjelang Hari H Part 1
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Sering Nyasar Dimari
-
Akhirnya kesampaian juga makan di sini setelah Hendry mengatakan kalau dia pengen nyoba menu baru di beberapa tempat . Lagaknya macam orang ...
-
Kini ku tahu bila cinta tak bertumpu pada status Semua orang tahu bila kita sepasang kekasih Namun status tak menjamin cinta Kini ku tahu...
-
Well, sebenarnya sudah dari dulu pengen ke mari lantaran Bu Rina pernah pamer. Tapi baru kesampaian sekarang. Agak syok juga sama tempatnya...
-
Hawa THR yang masih hangat membawa kami melangkah ke mari. Berhubung baru pertama kemari pesanlah kami sesuai kata-kata si Embak Kasir pizza...
0 komentar on "Menjelang Hari H Part 1"
Posting Komentar